Wacana duet Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di Pilpres 2024 tengah menjadi sorotan. Wacana tersebut pertama disampaikan oleh Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid sejak akhir 2021. Kini, wacana tersebut kembali digaungkan setelah Menteri Pertahanan ini ikut menanggapinya.
Tanggapan tersebut disampaikan Prabowo saat menghadiri acara di Kampus Uiversitas Gadjah Mada Yogyakarta pada Jumat (4/2/2022) lalu. Dalam kesempatan tersebut, Prabowo ditanya awak media soal kemungkinannya berduet dengan Cak Imin di Pilpres 2024. Awalnya, Prabowo merasa heran dengan adanya pertanyaan tersebut.
"Kamu itu, aku datang bicara teknologi kamu bicara itu (duet dengan Cak Imin di Pilpres 2024)," kata Prabowo, dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Minggu (6/2/2022). Kendati demikian, ia justru mempertanyakan kembali soal peluangnya maju sebagai calon presiden di Pilpres 2024. Sebab, ia belum bisa memastikan apakah akan kembali maju di gelaran Pemilu 2024.
"Menurut kamu gimana, aku ada peluang enggak? Kok Cak Imin, aku aja belum tentu loh," ujar Prabowo. Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti mengatakan keinginan PKB untuk menduetkan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dengan Prabowo Subianto dinilai sah sah saja. Namun menurut Ray, keputusan tersebut ada di tangan Prabowo selaku Ketua Umum Partai Gerindra.
"Keinginan PKB untuk menduetkan Prabowo dengan Cak Imin, tentu sah sah saja. Sekalipun, titik keputusannya ada di tangan Pak Prabowo," kata Ray kepada , Sabtu (5/2/2022). Alasan itu lantaran elektabilitas Prabowo jadi salah satu yang paling menonjol untuk dicalonkan sebagai presiden. Di sisi lain, nama Cak Imin sebagai calon presiden maupun wakil presiden masih abu abu.
Faktor lainnya, hubungan PKB dan Nahdlatul Ulama (NU) terlihat makin repot usai terpilihnya Ketum PBNU yang baru. "Elektabilitas Prabowo salah satu dari nama yang paling menonjol sebagai calon presiden. Nama Cak Imin sendiri baik sebagai capres maupun sebagai calon wakil presiden masih samar samar," ucapnya. Dengan pertimbangan pertimbangan tersebut, posisi Cak Imin dinilai rendah untuk mendampingi Prabowo di Pilpres 2024.
"Dengan 3 pertimbangan ini posisi Cak Imin untuk masuk sebagai calon wakil presiden Prabowo sebenarnya rendah," ungkap Ray. Di sisi lain, Pengamat politik Islam The Political Literacy, Muhammad Hanifudin menilai, wacana menduetkan Prabowo Subianto dengan Cak Imin akan berpengaruh pada dukungan umat Islam pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Menurut Hanif, potensi duet Prabowo Muhaimin untuk Pilpres 2024 cukup terbuka.
Secara kalkulatif, lanjut Hanif, suara Gerindra dan PKB telah memenuhi ambang batas 20 persen presidential threshold sebagai syarat maju. "Tapi, untuk menjadi pasangan pemenang, khususnya mendapat mayoritas dukungan umat Islam/partai Islam, masih butuh jalan panjang," paparnya kepada KOMPAS.TV via WhatsApp, Jumat malam (4/2/2022). Hanif lantas memaparkan terkait potensi duet dua tokoh itu mewakili dua kubu partai besar tersebut.
Syarat pertama adalah, kata Hanif, Prabowo Muhaimin harus mampu bangun koalisi partai berbasis Islam. "Di antaranya adalah, pertama, harus mampu membangun koalisi dengan partai partai Islam atau religius nasionalis. Semisal PKS, PAN, dan PPP," paparnya. Kedua, harus mampu merumuskan isu dan program kerja yang dapat menarik banyak suara.
"Mengingat, pemilih di Indonesia sudah mulai cerdas. Pemilih nanti juga akan melihat track record dan tawaran program kerja," ujarnya. Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menilai, wacana duet Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar sebagai calon presiden dan wakil presiden merupakan simulasi yang aneh. Adi beralasan, sejauh ini Partai Gerindra telah menunjukkan kemesraannya dengan PDI Perjuangan sehingga wacana duet Prabowo Muhaimin dapat menimbulkan pertanyaan soal nasib PDI P.
"Kemesraan PDI P Gerindra itu sulit untuk dipisahkan saat ini. Makanya kalau ingin mencoba untuk merayu Prabowo, memang PDI P mau dikemanakan?" kata Adi saat dihubungi Kompas.com , Kamis (3/2/2022). Sementara, menurut Adi, Gerindra juga tampak kurang berminat untuk berkoalisi dengan PKB bila melihat respons elite Partai Gerindra menyikapi wacana duet Prabowo Muhaimin. "Kalau enggak direspons itu sama halnya tidak dianggap opini opini dan gosip gosip itu kan. Gerindra kan tidak bereaksi, bagi Gerindra itu tidak terlampau penting untuk direspons," ujar Adi.
Adi berpandangan, semua partai memang masih mengambil sikap menunggu sambil memantau situasi, tetapi ia menilai Gerindra akan berupaya untuk berkoalisi dengan partai yang perolehan suaranya setara atau lebih besar dari mereka. Adi menambahkan, wacana Prabowo Muhaimin juga aneh karena sebelumnya elite elite PKB kerap melemparkan kritik kepada Prabowo pada masa kampanye Pemilihan Presiden 2014 dan 2019.